Pengalaman Daftar Tenaga Lepas Harian (THL) Kabupaten Gunung Kidul Maret 2021
Setelah beberapa waktu lalu aku tes dan interview di daerah Gunungkidul juga, ibuku WA aku kasih info lowongan Tenaga Lepas Harian (THL) kabupaten Gunungkidul. Dalam hati, hmmm aku nggak pernah tertarik kerja di pemerintahan, tapi ya kali ini coba aku daftar deh. Setelah aku buka pdf yang ibuk kirim ke WA-ku, aku cermati ada berbagai formasi yang tersedia dan masing-masing cuma dibutuhkan 1 orang aja.
Awalnya aku kepikiran apply yang requirementnya lulusan semua jurusan, tapi ada juga formasi yang jurusannya sesuai dengan jurusanku yakni penyiaran. Wew, tenaga jurnalis. Aku kurang lebih tahu kerjaan jurnalis seperti apa, apalagi ini jurnalis lapangan. Berat. Setelah menimbang-nimbang akhirnya aku memutuskan apply formasi tenaga jurnalis dengan pertimbangan kayaknya saingannya lebih sedikit daripada formasi lain yang aku ingin. Ada berbagai persyaratan yang segera harus disubmit. Alhamdulillah persyaratan berkasnyanya nggak yang ribet. Jarak antara pengumuman lowongan dan open lowongannya tuh bentar banget hitungan 2 hari buat ngumpulin persyaratan. Jadi bener-bener harus gercep. Seleksi administrasi udah aku submit, nunggu pengumuman.
Selang beberapa hari pengumuman. Alhamdulillah aku lolos seleksi administrasi. Dan yang lolos di formasi yang aku apply ada 11 orang. Hemmm lumayan juga ya peminatnya. Aku pikir palingan dikit ya soalnya di Gunungkidul siapa yang mau.(Eh~) Dari situ jujur aku deg-degan banget karena kerjaanku yang terakhir dan sebelumnya nggak ada hubungannya sama dunia jurnalistik. Udah nggak pernah nulis-nulis berita lagi dan liputan. Ntah kenapa saking worry-nya aku sampai googling profil rivals-ku. Mereka rata-rata dari MMTC. Batinku, hmmm pasti mereka hebat-hebat nih. Ah yaudah deh bismillah aja untuk tes prakteknya.
Ada persyaratan lagi yang mesti disiapin. Kayak tes rapid antibody dan khusus formasiku juga tes buta warna. Jadi kudu gercep ke rumah sakit buat urus itu surat. Aku tes di Rumah Sakit Bhayangkara karena dekat sama rumahku. Tes rapid antibody bayar Rp 100.000, surat keterangan bebas buta warna Rp 40.000. Udah termasuk admin pokoknya aku lupa rincian jelasnya. Intinya cuma habis Rp 140.000. Lumayan habisin waktu, aku antre dari pagi selesainya habis dhuhur. Mungkin bagi orang lain biasa, tapi bagiku yang nggak suka nunggu atau antre-antre yang prosedural gitu rasanya wasting time and energy. Tapi yaudahlah, aku jadi belajar sabar. Aku belajar berani dicubles jarum, berangkat sendiri ke rumah sakit nggak ditemani orang. Hehe lebay ya, tapi emang aku jarang ke rumah sakit karena kalau sakit ditangani sama ibuku sendiri biasanya.
Well, hari H tes, aku berangkat jam setengah 6 dari rumahku. Karena perjalanan sekitar 1 jam aku jadi siap-siap berangkat lebih awal daripada telat. Di jadwal tertera tes jam 8 peserta wajib datengn 30 menit sebelumnya. Aku sampailah di gedung Kominfo di Jl. Brigjen Katamso Nomor 1 Wonosari. Sampai sana hampir jam 7 aku clingak-clinguk takut salah karena nggak ada orang sama sekali. Gedungnya juga kelihat baru dan belum ada tulisan nama gedungnya. Sementara gedung-gedung disebelahnya ada tulisan nama gedungnya. Aku tanya sama orang digedung sebelah, bener nggak sih itu gedung Kominfonya? Katanya bener. Terus aku tunggudin di depan gedungnya sampai ada cleaning service datang dan buka gedung itu. Aku disuruh masuk dan aku ditanyain keperluannya apa. Aku jelasin deh. Aku ngobrol-ngobrol sebentar intinya mas cleaning servicenya tidak tahu menahu soal tesnya. Yaudah aku duduk aku nunggu kan. Sambil lihat-lihat sekeliling ruangan, disitu terpampang foto pegawai Kominfonya. Cowok semua coy, batinku. Kata cleaning servicenya memang kalau di gedung ini buat orang lapangan, jadi cowok semua, kalau di gedung yang satunya ada staff cewek 2 orang. Batinku, dikit banget yak.
Gedung Diskominfo Jl. Bridjen Katamso No. 1 |
Aula Diskominfo Pemkab Gunungkidul |
Pengarahan sebentar sama 3 orang bapak-bapak Diskominfo-nya. Disitu dijelasin kalau intinya kerjanya secara riil bisa lebih dari 8 jam, pokoknya siap on call kapan aja. Iya aku paham jurnalis emang begitu. Terus soal gaji masuk kerja Rp 90.000/hari. Disitu kita udah ditanting, kalau mau mundur mending dari awal aja. Tapi nggak ada yang mundur.
Nah, setelah pengarahan kita langsung wawancara. Kita diwawancara sama 2 orang dari 3 bapak-bapak tadi. Wawancaranya standar-lah, lebih ke tinggal dimana, pengalaman kerja khususnya di jurnalistik apa, kegiatan belakangan ngapain, hobinya apa. Sementara dipewawancara satunya aku suruh menceritakan "CV"ku terus aku semacam ditanting gimana nih rumahku jauh kalau aku ngekos di Gunungkidul realistis aja dari Diskominfo ga kasih janji atau harapan yang muluk-muluk secara finansial. Tapi aku jawab aja nggak masalah kalau itu. Hiks, padahal bapaknya berusaha memelek-kan mataku biar realistis.
Setelah semua selesai wawancara kita tes tertulis. Kita disuruh nonton video singkat kegitan pak bupati terus suruh bikin berita, feature, artikel dari video tersebut. Buset dahhh. Oya, kita ga boleh pakai koneksi internet waktu nulisnya. Intinya kita gabisa searching-searching. Dikasih waktu beberapa menit, aku lupa, pokoknya harus selesai 3 tulisan itu. Lahhh jujur ya aku sendiri lupa, bingung apa bedanya berita, feature, dan artikel. Pokoknya aku tulis sebisaku. Setelah waktunya habis, kita submit tulisannya ke link yang duah disediakan.
Suasana tes tulis |
Waktu ngerjain tulisan tu bener-bener Ya Allah aku udah lamaaa nggak nulis berita, udah lama nggak diasah, tetiba kudu nulis begini. Sementara mbak sampingku lancar banget nulisnya kayak bisa nulis panjang gitu. Dahlah~ Oya, kita diwajibkan bawa laptop, kabel roll sama smartphone buat penunjang tesnya. Selesai tes tulis kita ishoma dulu, kemudian tes dilanjutkan jam 13:00 di alun-alun Wonosari.
Lanjut part 2 ya...
Leave a Comment